Tuntunan dan etika dalam berdoa


BERDOA merupakan salah satu dari elemen yang penting dalam kehidupan seorang muslim. Doa merupakan pengakuan hamba terhadap kekuasaan Allah, pula doa adalah bentuk pengabdian seorang hamba karena hadirnya perasaan berhajat kepada Allah Subhanahu wa Ta‘ala.

Berdasarkan ini, doa mempunyai kedudukan yang mulia di sisi Allah dan Allah menyukai orang yang berdoa kepadaNya. Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu meriwayatkan bahawa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :“Tidak ada sesuatu yang lebih mulia di sisi Allah dari doa.”(Hadis riwayat Tirmidzi) Dalam hadis yang lain pula, dari Abdullah bin Mas‘ud Radhiallahu ‘anhuma, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :“Mohonlah kebaikan/kelebihan dari Allah karena sesungguhnya Allah suka diminta kebaikan/kelebihan dan sebaik-baik ibadah adalah menunggu kelapangan (terlepas dari kesusahan).”(Hadis riwayat Tirmidzi)
Orang yang enggan berdoa bukan saja dia telah menutup bagi dirinya dari berbagai pintu kebaikan, malah dia juga akan mendapat kemurkaan dari Allah. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu :“Sesungguhnya orang yang tidak meminta (berdoa) kepada Allah, Dia (Allah) marah kepadanya.”
Kelebihan atau fadhilah doa itu amat besar dan banyak sekali. Melalui doa, ampunan dan rahmat dapat diperoleh, dan melalui doa juga musibah dan kesusahan dapat terhindar. Pendeknya, jika Allah menghendaki dan merestui doa hambanya, tiada ada satu daya kuasa pun yang dapat menghalangnya dan Allah tidak akan mensia-siakan keikhlasan orang yang berdoa.
Allah Ta‘ala berfirman di dalam surah Al- Baqarah ayat 186 :“Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu mengenai Aku maka (beritahu kepada mereka): “Sesungguhnya Aku (Allah) sentiasa hampir (kepada mereka); Aku perkenankan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepadaKu. Maka hendaklah mereka menyahut seruanKu (dengan mematuhi perintahKu), dan hendaklah mereka beriman kepadaKu supaya mereka menjadi baik dan betul.”
Agar doa dapat dimakbulkan, adab-adab atau peraturan berdoa haruslah dipelihara oleh setiap orang yang berdoa. Jika seseorang memohon sesuatu kepada seorang raja, dia akan menjaga adab-adab dan peraturan-peraturannya dari berbagai-bagai segi, maka berdoa dan memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta‘ala tentulah lebih patut lagi dijaga adab dan tatacara berdoa agar doa yang dipanjatkan akan dimakbulkan.
Di antara tuntunan-tuntunan dan etika di dalam berdoa itu ialah:
1. Memelihara sumber rezeki seperti makanan, minuman dan pakaian dari sumber yang haram sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :“Wahai manusia! Sesungguhnya Allah itu baik (suci bersih dari segala kekurangan), Dia (Allah) tidak menerima kecuali yang baik (halal). Allah berfirman: “Wahai para rasul makanlah dari benda-benda yang baik lagi halal dan kerjakanlah amal-amal salih; sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Al-Mu‘minun: 51)
Kemudian Rasulullah menyebutkan berkenaan seorang lelaki yang melakukan perjalanan yang jauh, yang kusut rambutnya lagi berdebu, dia menadahkan tangannya ke langit sambil (berkata): “Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku (berdoa), (padahal) makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan diberi makan dengan yang haram,bagaimana doanya itu hendak dimakbulkan?” (Hadis riwayat Muslim)
2. Berwudhu dan memulai serta mengakhiri doa dengan menyebut dan memuji-muji nama Allah serta memberi Sholawat dan salam kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Dari Abu Musa Radhiallahu ‘anhu berkata :“Aku datang masuk ke rumah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam sedang Baginda di atas katil yang ditenun dengan tali dan di atasnya hamparan. Tenunan tali pada katil itu membekas pada punggung dan kedua lambung Baginda, lalu aku memberitahu kepada Baginda akan berita kami dan berita Abu Amir (yang terbunuh di dalam peperangan Awthas) yang berkata (kepadaku): “Katakanlah kepada Nabi, mintakanlah keampunan untukku” Lalu Baginda minta diambilkan air maka Baginda pun berwudhu. Kemudian Baginda mengangkat kedua tangannya lalu berdoa: “Ya Allah! Ampunilah Ubaid Abu Amir.” (Hadis riwayat Bukhari)
Adapun menyebut dan memuji-muji Allah terutama dengan nama-nama Al-Asma’ Al-Husna, dijelaskan di dalam surah Al-A‘raf ayat 180 :“Dan Allah mempunyai nama-nama yang baik (yang mulia), maka serulah (dan berdoalah) kepadaNya dengan menyebut nama-nama itu.”
Dan dalil memberi Sholawat dan salam kepada Nabi, dari Anas Radhiallahu ‘anhu berkata:“Setiap doa itu terhalang sehinggalah diucapkan sholawat ke atas Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam.”(Hadis riwayat Ad-Dailami)
3. Berdoa dengan jalan bertawassul dengan amal saleh. Allah berfirman di dalam surah Al-Ma’idah ayat 35 :“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang boleh menyampaikan kepadaNya (dengan mematuhi perintahNya dan meninggalkan laranganNya).”
Manakala diriwayatkan dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘anhuma dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :“Tiga orang keluar berjalan-jalan lalu mereka kehujanan, maka mereka masuk ke dalam sebuah gua yang terdapat di sebuah gunung. Lalu (apabila hendak keluar) mereka terhalang oleh satu batu besar. Nabi bersabda: “Lantas berkata sebahagian mereka (salah seorang) kepada yang lain: “Berdoalah kamu kepada Allah dengan amal salih yang paling baik yang telah kamu lakukan. Maka berdoa salah seorang dari mereka: “Ya Allah! Sesungguhya aku mempunyai ibu bapak yang sangat tua. Dulu aku selalu keluar mengembala, kemudian aku datang untuk memerah susu, aku membawa air susu selanjutnya untuk aku berikan kepada ibu bapakku lalu keduanya minum, kemudian barulah aku beri minum anakku, keluargaku dan isteriku. Maka pada satu malam aku terhalang (memberi minum keduanya) karena aku datang (membawa susu) sedang keduanya sedang tidur. Nabi menyabdakan kata orang itu: “Aku (benci) tidak suka untuk membangunkan keduanya walaupun anak-anak menggeliat-geliat kelaparan di kakiku. Maka begitulah keadaan kebiasaanku dan kebiasaan mereka berdua sehingga terbit fajar. Ya Allah! Jika Engkau mengetahui bahawa aku telah melakukan sedemikian itu karena semata-semata untuk mendapatkan keredaanMu, maka bebaskanlah kami dari kesusahan ini yang dari situ kami boleh melihat langit”. Nabi bersabda: “Lalu dibebaskanlah mereka (dengan bergerak satu pertiga batu besar itu). Berdoa seorang lagi yang lain: “Ya Allah! Jika Engkau mengetahui bahawa aku dulu pernah mencintai seorang perempuan yaitu salah seorang anak perempuan bapak saudaraku sebagaimana cinta yang mendalam seorang lelaki kepada seorang perempuan. Perempuan itu mengatakan: “Engkau tidak akan memperoleh sedemikian itu darinya sehingga engkau memberinya seratus dinar” Lalu aku berusaha sehingga aku berhasil mengumpulkannya (uang sebanyak itu), maka ketika aku duduk di antara kedua kakinya, dia (wanita itu) berkata: “Bertakwalah engkau kepada Allah dan janganlah engkau merusakkan mahkota kegadisan kecuali dengan haknya”. Lalu aku berdiri dan meninggalkannya, maka jika engkau mengetahui bahawa aku melakukan sedemikian itu karena semata-mata mengharapkan keredaanMu, maka bebaskanlah kami dari kesusahan ini”. Nabi bersabda: “Maka Allah membebaskan mereka (dengan bergerak batu itu) dua pertiga”. Berdoa pula seorang yang lain: “Ya Allah! Jika Engkau mengetahui bahawa aku mengupah seorang pekerja dengan beberapa cupak gandum lalu aku memberinya dan dia menolak untuk mengambil (upahnya). Lalu aku senghaja mengambil dari beberapa cupak gandum itu lalu aku tanam sehingga aku belikan dari hasilnya seekor lembu dan pengembalanya, kemudian dia datang seraya berkata: “Wahai Hamba Allah! Berikan (kepadaku) hak saya”. Maka aku berkata: “Pergilah engkau kepada lembu itu dan pengembalanya, sesungguhnya itu adalah milikmu”. Pekerja itu berkata: “Adakah engkau menghinaku?” Aku menjawab: “Aku tidak menghinamu tetapi memang lembu itu benar-benar milikmu.” Ya Allah! Jika Engkau mengetahui bahawa aku melakukan hal sedemikian itu karena semata-mata mendapatkan keredaanMu maka bebaskanlah kami”. Maka dibebaskanlah (musibah) itu dari mereka.”(Hadis riwayat Bukhari)
4. Berdoa menghadap ke kiblat dan mengangkat dua tangan sekira-kira nampak putih ketiak dan menyapu kedua tapak tangan ke muka setelah selesai. Dari ‘Abbad bin Tamim Al-Mazini bahawa ia mendegar bapak saudaranya berkata :“Pada satu hari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pergi keluar memohon dikurniakan hujan. Maka Baginda membelakangi orang sambil berdoa mengadap kiblat dan membalikkan selendangnya, kemudian baginda bersembahyang dua rakaat.”(Hadis riwayat Muslim)
Dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘anhuma dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :“Sesungguhnya tiap-tiap sesuatu itu ada kemuliaan dan sesungguhnya semulia-mulia majlis ialah majlis yang dihadapkan ke kiblat.” (Hadis riwayat Ath-Thabarani dan Al-Hakim)
Diriwayatkan pula dari Anas Radhiallahu ‘anhu berkata :“Aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengangkat tangannya sewaktu berdoa sehingga ternampak putih kedua ketiaknya.”(Hadis riwayat Muslim)
Dari Umar bin Al-Khatthab Radhiallahu ‘anhu berkata :“Adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam apabila Baginda mengangkat kedua tangannya sewaktu berdoa, Baginda tidak akan menurunkan keduanya sehinggalah Baginda menyapukan keduanya ke mukanya.”(Hadis riwayat Tirmidzi)
5. Bersungguh-sungguh dalam berdoa dan merasa penuh yakin akan diperkenankan. Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu :“Berdoalah kepada Allah dalam keadaan kamu yakin diperkenankan dan ketahuilah Allah tidak akan mengabulkan doa dari hati yang lalai serta tidak sungguh-sungguh.”
6. Berdoa disertai dengan kerendahan hati, khusyuk dengan jiwa yang tulus ikhlas, merendahkan suara di antara berbisik dan nyaring dan diiringi dengan perasaan takut azab Allah dan penuh harapan dengan limpah kurniaNya. Allah Subhanahu wa Ta‘ala berfirman di dalam surah Al-A‘raf ayat 55 :“Berdoalah kepada Tuhan kamu dengan merendah diri dan (dengan suara) perlahan-lahan.”
Di dalam surah Al-Anbiya’ ayat 90, Allah berfirman :“Sesungguhnya mereka sentiasa berlomba-lomba dalam mengerjakan kebaikan, dan sentiasa berdoa kepada Kami dengan penuh harapan serta gerun takut dan mereka pula sentiasa khusyuk (dan taat) kepada Kami.”
7. Tidak berdoa dengan sesuatu yang tidak selayaknya seperti perkara yang tidak munasabah dan mustahil. Oleh karena itu adalah lebih utama berdoa dengan doa-doa yang ma’tsur yang datang dari Al-Quran dan Sunnah dan para sahabat. Di samping doa-doa tersebut jauh dari permohonan yang tidak selayaknya, doa-doa tersebut bersifat umum, menyeluruh dan padat. Dari Aisyah Radhiallahu ‘anha berkata :“Adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menyukai doa yang menyeluruh maknanya dan dia tinggalkan selain dari itu.”(Hadis riwayat Abu Daud)
Oleh karena itu doa yang paling banyak Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam baca sebagaimana yang diriwayatkan dari Anas Radhiallahu ‘anhu berkata :“Adalah doa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam yang terbanyak sekali (Baginda baca ialah): “Ya Allah! Ya Tuhan kami! Kurniakanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharakanlah kami dari azab api neraka.”(Hadis riwayat Bukhari)
8. Terus berdoa dan mengulang-ngulang doa sebanyak tiga kali, tidak berputus asa sehingga tergesa-gesa menganggap doa tidak dikabulkan. Dari Abdullah bin Mas‘ud Radhiallahu ‘anhu berkata :“Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menyenangi supaya seseorang itu berdoa tiga-tiga kali dan beristighfar tiga-tiga kali.”(Hadis riwayat Abu Daud dan Ahmad)
Manakala dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :“Dikabulkan (doa) salah seorang dari kamu selama dia tidak tergesa-gesa yaitu dengan berkata: “Aku sudah berdoa (tetapi) tidak dikabulkan” (Hadis riwayat Bukhari dan Muslim)
Tersebut di dalam kitab Al-Futuhat Ar-Rabbaniyyah ‘ala Al-Adzkar An-Nawawiyah, Makki menyebutkan bahawa jarak masa doa Nabi Zakaria ‘Alaihissalam memohon dikurniakan keturunan dengan berita gembira adalah 40 tahun. Begitu juga sebagaimana yang diceritakan oleh Ibnu ‘Athiyyah dari Ibnu Jarir, Muhammad bin Ali dan Adh-Dhahhak bahawa doa Nabi Musa ‘Alaihissalam kepada Firaun tidak diperkenankan melainkan setelah 40 tahun berlalu.
Sesungguhnya kadang-kadang doa belum diperkenankan karena doa itu menjadi pahala yang disimpan di akhirat nanti dan adakalanya menjadi sebab dipalingkan seseorang itu dari sesuatu keburukan dengan sebab doanya itu. Oleh itu adalah lebih baik terus menerus berdoa dari pada merungut-rungut karena doa tidak dikabulkan. Dari Abu Sa‘id Al-Khudri berkata sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang maksudnya :“Tiada seorang muslim berdoa dengan satu doa, bukan doa yang mengandungi dosa dan bukan doa yang memutuskan silaturrahim, melainkan Allah akan mengurniakan dengan doanya itu salah satu dari tiga perkara: sama ada dipercepatkan (disegerakan) baginya doanya itu, atau disimpan baginya pahala doanya itu di akhirat (sebagai balasan), atau dihindarkan darinya sesuatu keburukan seumpamanya. Mereka berkata: “Kalau begitu baiklah kami memperbanyakkan doa”. Bersabda Nabi: “Allah lebih banyak menerima doa hamba-hambanya.”(Hadis riwayat Ahmad)

9. Memilih dan mengutamakan waktu-waktu dan tempat-tempat atau ketika dimana doa mudah dan cepat dikabulkan. Di antaranya ialah:
  • Di satu pertiga akhir waktu malam Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu, bahawasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang maksudnya : “Tuhan kami Tabaraka wa Ta‘ala turun tiap-tiap malam ke langit dunia ketika tinggal satu pertiga akhir waktu malam berfirman: “Barangsiapa yang berdoa kepadaKu maka Aku akan mengabulkannya baginya, barangsiapa meminta kepadaKu maka Aku akan memberinya, barangsiapa memohon keampunanKu maka Aku mengampuninya.”(Hadis riwayat Bukhari)
·         Selepas menunaikan sembahyang fardu.
·         Malam Lailatulqadar
·         Hari Arafah. Diriwayatkan dari ‘Amr bin Syuaib dari bapaknya dari neneknya sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang maksudnya : “Sebaik-sebaik doa ialah doa pada hari Arafah dan sebaik-baik ucapan yang aku dan para nabi sebelumku ucapkan ialah tiada tuhan melainkan Allah yang tunggal yang tiada sekutu bagiNya. BagiNya kekuasaan dan bagiNya puji-pujian dan Dia Maha Berkuasa ke atas tiap-tiap sesuatu.” (Hadis riwayat Tirmidzi)
·         Bulan Ramadhan. Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu berkata bahawa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang maksudnya : “Sesungguhnya telah datang kepada kamu Bulan Ramadan bulan yang diberkati, Allah memfardukan kepada kamu berpuasa di dalamnya. Dalam bulan Ramadan dibuka pintu-pintu syurga dan dikunci pintu-pintu neraka dan dibelenggu syaitan-syaitan.” (Hadis riwayat Ahmad)            Tambahan lagi orang yang berpuasa itu tidak ditolak sebagaimana yang yang diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu berkata, telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang maksudnya:“Tiga golongan yang tidak ditolak doa mereka: Orang yang berpuasa sehinggalah dia berbuka, imam (pemerintah) yang adil dan doa orang yang dizalimi.” (Hadis riwayat Tirmidzi)
·         Hari dan malam Jumaat. Dari Abu Lubabah bin Abdul Mundzir berkata, telah bersabda Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam yang maksudnya :“Sesungguhnya hari Jumaat itu adalah penghulu segala hari dan hari yang paling agung di sisi Allah dan ia (hari Jumaat) adalah lebih agung di sisi Allah dari Hari Raya Adha dan Hari Raya Fitri. Pada hari Jumaat itu terdapat lima peristiwa penting. (Yaitu) Allah mencipta Nabi Adam, Allah menurunkan Nabi Adam ke bumi, Allah mewafatkan Nabi Adam, pada hari itu ada satu waktu, bila seorang hamba memohon kepada Allah pasti Allah mengurniakannya selama mana dia tidak meminta yang haram dan pada hari itu juga terjadinya Hari Kiamat. Tiada satu malaikat Muqarrib, tidak juga langit, bumi, angin, gunung, dan lautan kecuali mereka itu merasa takut akan hari Jumaat.”(Hadis riwayat Ibnu Majah)
·         Di antara azan dan iqamah.
·         Ketika berhadapan dengan musuh di dalam peperangan. Diriwayatkan dari Sahl bin Sa‘d As-Sa‘idi bahawasanya dia berkata yang maksudnya : “Dua masa dibukakan keduannya pintu-pintu langit dan sedikit sekali doa orang yang berdoa ditolak; ketika panggilan untuk mendirikan sembahyang dan berhadapan dengan musuh dalam peperangan.”(Hadis riwayat Malik)
·         Ketika sujud di dalam sembahyang. Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu berkata, bahawa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang maksudnya : “Sedekat-dekat  seorang hamba kepada Tuhannya adalah (ketika) dia sujud, maka kamu perbanyakkanlah doa.”(Hadis riwayat Muslim An-Nasa’i, Abu Daud dan Ahmad)
·         Ketika mendengar kokokan ayam. Ini adalah berdasarkan dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu, bahawa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang maksudnya: “Apabila kamu mendengar kokokan ayam maka mohonlah kepada Allah dari kelebihanNya, sesungguhnya ayam itu telah melihat malaikat dan apabila kamu mendengar pekikan suara keldai maka mohonlah perlindungan dengan Allah dari syaitan, sesungguhnya keldai itu telah melihat syaitan.”(Hadis riwayat Bukhari dan Muslim)
·         Ketika waktu hujan. Diriwayatkan dari Sahl bin Sa‘d berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang maksudnya : “Dua ketika (di mana doa) tidak ditolak atau sedikit sekali yang ditolak: (yaitu) berdoa ketika azan dan ketika pertempuran sedang berkecamuk (dan dalam satu riwayat mengatakan) dan ketika hujan.”(Hadis riwayat Abu Daud)
·         Ketika meminum air zam zam. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang maksudnya : “Air Zamzam itu menurut kehendak tujuan meminumnya. Jika engkau meminumnya untuk memohonkan kesembuhan dengannya niscaya Allah akan menyembuhkanmu dan jika engkau meminumnya untuk memohon perlindungan niscaya Allah akan melindungimu dan jika engkau meminumnya bagi melepaskan rasa dahagamu niscaya Allah akan melepaskannya dan jika engkau meminumnya bagi kekenyanganmu niscaya Allah akan mengenyangkanmu, ia (air Zamzam) itu adalah lekukan dari pukulan malaikat Jibril dan minuman Nabi Ismail.”(Hadis riwayat Ad-Daraquthni dan Al-Hakim)
·         Ketika membaca Al-Quran terutama apabila khatam. Diriwayatkan pula dari Mujahid Radhiallahu ‘anhu berkata yang maksudnya :“Telah diutus seseorang kepadaku dan dia berkata: “Sesungguhnya kami menjemputmu karena kami hendak mengkhatam Al-Quran dan sesungguhnya telah sampai kepada kami bahawa doa diperkabulkan ketika mengkhatam Al-Quran. Berkata Mujahid: “Maka mereka berdoa dengan beberapa doa (ketika khatam Al-Quran).”(Riwayat Ad-Darimi)
·         Di tempat-tempat yang mulia karena keberkatannya dan kemuliaan yang dikurniakan oleh Allah seperti di Masjidilharam, Masjid An-Nabawi dan Masjid Al-Aqsa. Para ulama berpendapat bahawa berdoa di tempat-tempat ini adalah mustajab karena melihat kepada keberkatan dan kemuliaannya di samping rahmat Allah yang luas di tempat-tempat tersebut. Diriwayatkan dari Abu Darda’ Radhiallahu ‘anhu dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang maksudnya : “Satu kali sembahyang di Masjidilharam adalah menyamai dengan seratus ribu kali sembahyang, dan satu kali sembahyang di masjidku (Masjid An-Nabawi) menyamai dengan seribu kali sembahyang, dan satu kali sembahyang di Baitulmaqdis menyamai dengan lima ratus kali sembahyang.”(Hadis riwayat Ath-Thabarani) 
Tuntutan dan etika di dalam berdoa, bukan hanya menghendaki kita berdoa untuk diri sendiri, akan tetapi ia juga menghendaki kita mendoakan untuk orang lain terutama kepada ibu bapak, keluarga, saudara, muslimin dan muslimat sama ada yang masih hidup atau yang telah meninggal dunia. Doa yang seumpama ini banyak tersebut di dalam Al-Qur’an. Di antaraya ialah doa Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam di dalam surah Ibrahim ayat 41 yang tafsirnya :“Wahai Tuhan kami! Berilah keampunan bagiku dan bagi kedua ibu bapakku serta bagi orang-orang yang beriman, pada masa berlakunya hitungan amal dan pembalasan.”
Ibu bapak adalah orang yang terutama sekali untuk didoakan oleh anak-anak sebagai membalas jasa keduanya memelihara dan mendidik di waktu kecil. Anjuran ini sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta‘ala dalam surah Al-Isra’ ayat 24 yang tafsirnya :“Dan doakanlah (untuk mereka dengan berkata): “Wahai Tuhanku! Cucurilah rahmat kepada mereka berdua (ibu bapakku) sebagaimana mereka telah mencurahkan kasih sayangnya memelihara dan mendidikku semasa kecil.”
Sesungguhnya doa anak-anak kepada kedua ibu bapak adalah besar manfaatnya, lebih-lebih lagi apabila keduanya telah meninggal dunia. Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu bahawa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang maksudnya :“Apabila seseorang meninggal dunia, terputus amalnya darinya melainkan dari tiga (sumber); dari sedekah jariah atau ilmu yang dimanfaatkan atau anak salih yang mendoakannya.”(Hadis riwayat Muslim)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang maksudnya :“Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla mengangkat derajat seseorang hamba yang salih di dalam syurga, maka dia berkata: “Wahai Tuhanku! Dari mana saya memperoleh derajat ini?” Allah menjawab: “(Ianya) dari doa permohonan keampunan yang dilakukan oleh anakmu.”(Hadis riwayat Ahmad)
Sebagaimana anak-anak dianjurkan berdoa untuk kedua ibu bapak, begitu juga ibu bapak adalah dianjurkan supaya mendoakan anak-anak mereka sebagaimana Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam berdoa untuk anaknya yang tersebut di dalam surah Ash-Shaffat ayat 100 yang tafsirnya :“Wahai Tuhanku! Kurniakanlah kepadaku anak yang tergolong dari orang-orang yang salih.”
Mendoakan orang lain lebih-lebih lagi orang yang tidak hadir dan tanpa sepengetahuannya adalah lebih cepat dan mudah dikabulkan sebagaimana yang diriwayatkan dari Ummu Ad-Darda’ berkata, sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang maksudnya :“Doa seorang muslim bagi saudaranya yang tidak hadir adalah mustajab. Di sisi kepalanya ada malaikat yang diwakilkan setiap kali dia berdoa bagi saudaranya itu. Malaikat yang diwakilkan itu pula berkata: “Amin, dan bagimu seumpama (yang didoakan).”(Hadis riwayat Muslim)
Oleh karena itu juga, adalah disunatkan meminta agar didoakan oleh orang-orang yang mempunyai kelebihan seperti orang-orang salih sekalipun dia (orang yang meminta didoakan itu) mempunyai kedudukan yang lebih baik dari orang tersebut (orang yang diminta supaya mendoakan), berdasarkan riwayat dari Ibnu Umar dari Umar bin Al-Khaththab Radhiallahu ‘anhu yang :“Sesungguhnya dia (Umar) meminta izin kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam untuk melakukan umrah. Lalu Nabi bersabda: “Wahai saudaraku! Sertakan kami di dalam doamu dan jangan engkau melupakan (untuk mendoakan) kami.” (Hadis riwayat Tirmidzi)
Dari itu janganlah berdoa untuk diri sendiri saja, berdoalah untuk orang lain juga kepada orang yang bukan berugama Islam sekalipun, tetapi dengan syarat bukan doa yang berbentuk permohonan keampunan bagi mereka, karena ianya dilarang sebagaimana firman Allah di dalam surah At-Taubah ayat 113 yang tafsirnya :“Tidaklah dibenarkan bagi Nabi dan orang-orang yang beriman, meminta ampun bagi orang-orang musyrik, sekalipun orang itu kaum kerabat sendiri, sesudah nyata bagi mereka bahawa orang-orang musyrik itu adalah ahli neraka.”
Doa yang diharuskan kepada orang yang bukan Islam ialah doa agar mereka mendapat hidayat, sihat tubuh badan dan seumpamanya yang layak disebutkan untuk orang yang bukan Islam sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu berkata :“Thufail bin ‘Amr datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam seraya berkata: “Wahai Rasulullah! Sesungguhnya kabilah Daus telah menderhaka dan enggan (menerima Islam), mohonlah (berdoalah) kepada Allah agar keburukan ke atas mereka” Orang-orang menyangka bahawa Baginda akan berdoa memohon sesuatu keburukan ke atas mereka (kabilah Daus). Maka Baginda bersabda: “Ya Allah! Berikanlah hidayat kepada kabilah Daus dan datangkanlah mereka sebagai orang-orang Islam.”(Hadis riwayat Bukhari)
Selain dari itu juga yang berhubung dengan doa, setiap orang Islam hendaklah menghindari dari menzalimi dan menganiayai orang lain sekalipun kepada orang yang berbuat maksiat karena doa orang yang dizalimi itu adalah sangat mustajab sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam kepada Mu‘az bin Jabal ketika Baginda mengutusnya ke Yaman yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas Radhiallahu ‘anhuma yang maksudnya :“Dan takutlah engkau akan doa orang yang dizalimi, sesungguhnya (doa orang yang dizalimi itu) tidak ada di antaranya dan di antara Allah pendinding.”(Hadis riwayat Bukhari)
Diriwayatkan pula dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu berkata, telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang maksudnya :“Doa orang yang dizalimi itu adalah mustajab, sekalipun dia adalah seorang yang berbuat maksiat, karena kemaksiatannya itu adalah tertanggung ke atas dirinya sendiri.”(Hadis riwayat Ahmad)
Akhirnya sebagai penutup, setiap orang Islam hendaklah memperbanyakkan doa. Berdoa adalah menunjukkan akan ingatan kepada Allah Yang Maha Berkuasa. Mengingat Allah hendaklah dilakukan di setiap masa sama ada di waktu senang atau susah. Begitulah juga dengan amalan dalam berdoa hendaklah dilakukan di setiap masa lebih-lebih lagi di waktu senang dan mewah, dengan itu apabila di waktu susah doa akan mudah diperkenankan sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiallah ‘anhu yang maksudnya: “Barangsiapa suka supaya dikabulkan doanya oleh Allah di waktu kesulitan dan kesusahan, maka hendaklah dia memperbanyakkan doa di waktu senang.”(Hadis riwayat Tirmidzi)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar