Dari
Rabi'ah bin Ka'b al-Aslami, pelayan Rasulullah saw, berkata, "Aku pernah
menginap bersama Rasulullah saw, kemudian aku membawakan air wudu untuk beliau
serta kebutuhannya yang lain. Beliau bersabda, 'Mintalah kepadaku', maka
aku katakan kepada beliau, 'Aku minta agar bisa bersamamu di Surga', beliau bersabda,
'Ataukah permintaan yang lain?' Aku katakan, 'Itu saja'. Beliau
bersabda, 'Kalau begitu, bantulah aku atas dirimu dengan banyak bersujud
(Shalat)'." (HR Muslim).
Dari
Abu Hurairah ra , ia berkata, "Rasulullah saw bersabda, 'Sesungguhnya
amal seorang hamba yang pertama kali di hisab (diperhitungkan) pada hari Kiamat
nanti adalah Shalatnya, apabila Shalatnya baik, maka sungguh dia telah
beruntung dan selamat, dan jika Shalatnya rusak, maka dia akan kecewa dan
merugi. Apabila Shalat fardunya kurang sempurna, maka Allah berfirman,
'Apakah hamba-Ku ini mempunyai Shalat sunnah? Maka tutuplah kekurangan Shalat
fardu itu dengan Shalat sunnahnya.' Kemudian, begitu pula dengan
amalan-amalan lainnya yang kurang'." (HR Abu Daud, Tirmizi, dan
lainnya, hadis sahih).
Pembagian Shalat-Shalat Sunnah
Shalat
sunnah terbagi menjadi dua, yaitu Shalat sunnah mutlak dan Shalat sunnah
muqayyad. Shalat sunnah mutlak itu dilakukan hanya dengan niat Shalat sunnah
saja tanpa dikaitkan dengan yang lain. Adapun Shalat sunnah muqayyad,
diantaranya ada yang disyariatkan sebagai penyerta Shalat fardu, yaitu yang
biasa disebut dengan Shalat sunnah rawatib: mencakup Shalat sunnah Subuh,
Dzuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya. Ada
juga Shalat Dhuha, Shalat 'Idain, Shalat Kusuf dan Khusuf, Shalat Hajah, Shalat
Istikharah, dan Shalat-Shalat sunnah yang lain.
Adapun
Shalat sunnah rawatib (Shalat-Shalat sunnah yang mengiringi Shalat fardhu, baik
sebelum maupun sesudahnya) adalah:
Pertama,
qobliyah Dzuhur 4 rakaat, dengan dua kali salam atau cukup 2 rakaat
dengan satu kali salam. Adapun ba'diyah Dzuhur 4 rakaat, juga dengan dua
kali salam atau cukup 2 rakaat dengan satu kali salam.
Kedua,
qobliyah Ashar 4 rakaat, dengan dua kali salam atau cukup 2 rakaat
dengan satu kali salam. Adapun ba'diyahnya tidak ada. Karena, Shalat sunat
setelah Shalat Asar tidak diperbolehkan, kecuali Shalat yang mempunyai sebab
tertentu, seperti Shalat sunnah Tahiyatul Masjid, Shalat Jenazah, Shalat
sunnah Wudhu, dan lain-lain. Shalat-Shalat tersebut boleh dilakukan setelah
Ashar karena mempunyai sebab-sebab khusus.
Ketiga, ba’diyah
Maghrib 2 rakaat, dengan satu kali salam.
Keempat,
qobliyah Isya 4 rakaat, dengan dua kali salam atau cukup 2 rakaat
dengan satu kali salam. Untuk ba'diyahnya cukup 2 rakaat dengan satu
kali salam.
Kelima,
qobliyah Subuh 2 rakaat, dengan satu kali salam. Seperti halnya Shalat
Asar, maka dalam Shalat Subuh ini tidak ada Shalat ba'diyahnya. Bahkan,
setelah Shalat Subuh--sebagaimana setelah Shalat Asar--diharamkan pula
melakukan Shalat sunnah apa pun, kecuali Shalat sunnah yang mempunyai sebab
tertentu (dzaatus sabab).
Keutamaan Shalat Sunnah Rawatib
Dari
Ummu Habibah ra, ia berkata, "Aku telah mendengar Rasulullah saw bersabda,
'Tidaklah seorang hamba muslim melaksanakan Shalat sunnah (bukan fardhu)
karena Allah, sebanyak dua belas rakaat setiap harinya, kecuali Allah akan
membangunkan sebuah rumah untuknya di Surga'." (HR Muslim).
Penjelasan tentang Sunnah Rawatib
Dari
Ummu Habibah ra, ia berkata, "Aku telah mendengar Rasulullah saw bersabda,
'Barangsiapa Shalat dalam sehari semalam dua belas rakaat, akan dibangun
untuknya rumah di Surga, yaitu empat rakaat sebelum Dzuhur dan dua rakaat
sesudahnya, dua rakaat sesudah maghrib, dua rakaat sesudah Isya dan dua rakaat
sebelum Shalat Subuh'." (HR Tirmidzi, ia mengatakan, hadis ini hasan
sahih).
Dari
Ibnu Umar ra dia berkata, "Aku Shalat bersama Rasulullah saw dua rakaat
sebelum Dzuhur dan dua rakaat sesudahnya, dua rakaat sesudah Jum'at, dua rakaat
sesudah Maghrib, dan dua rakaat sesudah Isya'." (Muttafaq 'alaih).
Dari
Abdullah bin Mughaffal ra , ia berkata, "Bersabda Rasulullah saw, 'Di
antara dua azan itu ada Shalat, di antara dua azan itu ada Shalat, di antara
dua azan itu ada Shalat'. Kemudian, pada ucapannya yang ketiga beliau
menambahkan: 'bagi yang mau'." (Muttafaq 'alaih).
Dari
Ummu Habibah ra, ia berkata, "Rasulullah saw bersabda, 'Barangsiapa
yang menjaga empat rakaat sebelum Dzuhur dan empat rakaat sesudahnya, Allah
mengharamkannya dari api Neraka'." (HR Abu Daud dan Tirmidzi, ia
mengatakan hadis ini hasan sahih).
Dari
Ibnu Umar ra, bahwa Nabi saw bersabda, "Semoga Allah memberi rahmat
bagi orang yang Shalat empat rakaat sebelum Ashar." (HR Abu Daud dan
Tirmizi, ia mengatakan, hadis ini hasan).
Shalat Witir
Shalat-Shalat
sunnah yang kita sebutkan di atas merupakan Shalat sunnah rawatib yang sangat
ditekankan. Selain itu, ada juga Shalat sunnah mu'akkadah yang tidak boleh
ditinggalkan begitu saja, salah satunya adalah Shalat witir, yaitu Shalat
sunnah yang waktunya dari setelah Isya hingga menjelang Subuh.
Sumber:
Diadaptasi dari Tuntutan Shalat Menurut Alquran dan Sunnah, Syaikh
Abdullah bin Abdurrahman al-Jibrin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar